Sahabat Penulis

Thursday 22 July 2010

Menjadi Lebih Kreatif



oleh: Joni Lis Efendi

Ada baiknya juga apa yang dikatakan A.S. Laksana, “Kamu pengen mengembangkan kreativitas? Dekatkan tangan kamu dengan otak kamu.”
Apa maksudnya?

Menulis pasti sangat mengandalkan kemampuan otak dengan segala kelebihannya. Karena di sinilah gudang tempat menyimpan segala ilmu, pengetahuan, informasi, pengalaman, nilai rasa dan kemampuan pengorganisasian dan pengasosiasian semua hal yang terekam dalam memori otak kita. Tentunya ada mekanisme penunjang untuk mengartikulasikan sinyal-sinyal listrik yang diberikan oleh otak ke dunia luar. Itulah garis impuls listrik yang terjalin antara otak sebagai pusat saraf dengan anggota tubuh lainnya yang merembes melalui sel saraf (neuron).

Anggota tubuh yang paling cepat mengartikan sinyal-sinyal listrik otak adalah tangan dan mulut. Ketika kaki kita terpijak duri, serta-merta mulut akan mengaduh kesakitan lalu tangan bergerak ke bawah untuk mencabut duri yang menusuk telapak kaki itu. Rangsangan rasa lapar setelah diolah oleh otak akan diteruskan kepada anggota tubuh yang lainnya. Kaki berjalan menuju dapur, lemari makanan atau kulkas lalu tangan bergerak mengambil makanan kemudian memasukkannya ke dalam mulut, mulut pun melahapnya dan gigi saling beradu memotong, mengoyak dan menggilas makanan sebelum ditelan oleh lidah. Begitu juga mekanisme gerak tubuh lainnya bila mendapatkan rangsangan dari otak berupa sinyal-sinyal listrik.

Dalam aktivitas menulis, anggota tubuh yang memungkinkan untuk mengartikan sinyal rangsangan otak adalah tangan. Karena menulis sepenuhnya adalah aktivitas tangan, walau tetap ditunjang oleh anggota tubuh yang lain seperti mata, telinga dan mulut (mendiktekannya). Tanganlah yang paling dekat dengan otak sewaktu menulis.
Nggak hanya menulis saja, dalam banyak aspek lainnya tanganlah yang paling cocok untuk mewujudkan apa yang ada dalam pikiran. Tangan jugalah yang berusaha membantu otak untuk menemukan cara-cara baru yang lebih memudahkan pekerjaan, yang dapat memberikan kesan lebih indah, teduh, nyaman, rapi, harum dan sebagainya. Kreativitas sangat lekat dengan pekerjaan tangan. Tangan yang terlatih bekerja maka akan lebih kreatif dibandingkan tangan yang malas.

Keterampilan bisa dipelajari dan diasah. Seorang pemahat patung yang ulung adalah mereka yang sudah memahat ribuan bongkahan batu. Tangan mereka sudah terlatih sehingga tidak begitu sulit untuk membuat sebuah patung. Namun tidak demikian bagi mereka yang bukan ahli pemahat patung. Begitu juga seorang pemain gitar yang piawai, jemari-jemarinya sudah sangat lihai memetik senar gitar yang petingkannya melentingkan nada-nada aduhai. Sedangkan bagi orang yang baru belajar memetik gitar, betapa sulitnya mengatur posisi jari untuk mendapatkan kunci nada. Bahkan ujung-ujung jari tangan kirinya lecet sampai berdarah lantaran menekan terlalu kuat. Nggak sedikit juga yang senar gitarnya putus karena begitu kuat dipetik. Sangat sulit belajar main gitar sebelum benar-benar menguasainya. Dalam hampir semua bidang yang berkaitan dengan kreativitas, melatih tangan adalah kata kuncinya.
Demikian juga halnya dengan tulis-menulis. Tangan penulis terkenal sudah jaminan tangannya sangat terlatih. Apa maksudnya tangan yang terlatih?

Tangan terlatih yang dimiliki seorang penulis kelas wahid adalah yang paling lentur menuliskan apa yang ada dalam kepalanya dalam bentuk tulisan. Tangan terlatih ini juga yang sangat fasih untuk menemukan cara yang paling efisien untuk dapat menulis dengan lekas, penuh daya pikat dengan komposisi kata yang pas takarannya. Rata-rata penulis pemula yang belum terlatih tangannya, sering kebanjiran ide tapi aneh bin ajaibnya, nggak ada satu kalimat pun yang dapat ditulisnya. Karena memang tangannya belum terlatih menulis.

Singkat kata, kalo kamu pengen jadi orang yang kreatif maka sering-seringlah gunakan tanganmu. Kasihan membiarkannya hanya berpangku tangan sepanjang hari. Otak juga menjadi nggak berkembang kalo tangan cuma diam. Sinergis kerja antara otak dan tangan benar-benar mampu menjadikan kamu sebagai orang yang kreatif. Penulis yang kreatif, tentu saja.

Dikutip dari buku: Writing Donuts: Nulis itu Selezat Donat, karya Joni Lis Efendi

No comments:

Post a Comment

Silahkan Titip Pesan di sini: