Sahabat Penulis

Tuesday 22 June 2010

Buku Writing Donuts, Tips Menulis Menghasilkan Uang


Oleh Sugiarti




Siapa bilang menjadi penulis tak bisa kaya? Sosok-sosok seperti JK Rowling, Stephen King, John Grisham, Habiburrahman El Shirazy, Asma Nadia, Andrea Hirata dan seterusnya kerap menjadi kiblat para penulis dari segi populiratas dan royalti. Pekerjaan tanpa syarat khusus ini, ternyata juga memiliki potensi yang besar bagi individu yang menggelutinya untuk menjadi kaya. Menjadi penulis tidak membutuhkan syarat penampilan harus menarik, ijazah tamatan fakultas tertentu, IPK sekian dan sebagainya. Resepnya cukup sederhana yakni, tekun dan berani.

Penulis mana yang tak ingin menjadi kaya dengan tulisannya? Menjamurnya bisnis penerbitan dan persuratkabaran di tanah air memberikan peluang emas bagi para penulis untuk mulai bercita-cita menjadi kaya dengan profesi ini. Masyarakat negeri kita mesti belum menjadikan membaca sebagai kebutuhan primer, namun untuk koran yang harganya di bawah lima ribu rupiah rasanya mereka tidak terlalu berat untuk membelinya. Juga buku, terlebih jika buku yang kita tulis memiliki nilai kualitas yang cukup baik di mata para pembacanya. [Selebihnya...]

Persoalannya mampukah kita bertahan dengan proses alamiah yang bakal dilalui oleh para penulis, khususnya para pemula. Mampukah kita tetap terus menulis setelah naskah tulisan kita berkali-kali ditolak media dan penerbit? Kebanyakan mereka yang gagal adalah mereka yang tak sanggup bertahan pada fase ini. Merajuk pada kondisi, memvonis diri sendiri sebagai sosok yang tak berbakat dan akhirnya gantung pena tak mau menulis.

Kegagalan lain juga terkadang disebabkan penyakit-penyakit internal dalam diri kita. Di antaranya; malas, tidak percaya diri, ingin langsung top dan sebagainya. Kepiawaian menulis tak semudah membalik kan telapak tangan, keahlian yang satu ini membutuhkan pengasahan beberapa waktu dan ketekunan tentunya. Menjadi penulis juga melatih diri untuk bersabar dan berlapang dada. Sebab mereka yang baru memulai profesi ini pasti akan menemukan banyak rintangan yang dapat menguji kesungguhan niat mereka untuk menekuni dunia kepenulisan.

Buku Writing Donuts persembahan penulis Riau Joni Lis Efendi ini mengupas tuntas permasalah menulis, tips dan trik menulis, serta bagaimana upaya menjadi kaya dengan menulis. Dalam bukunya Joni menyebutkan bahwa beberapa tirani kokoh yang membelenggu para penulis mula untuk bisa bangkit antara lain; takut ditolak, takut dibilang tulisannya tak layak, pelit usaha, tidak kreatif, tidak percaya diri dan sebagainya, inilah tembok penghalang yang harus diruntuhkan.

Di dalam buku ini Joni juga berbagi tips menulis kreatif rumah fiksi, di antaranya; menentukan ide dan tema, memandang genre novel, membangun sebuah tulisan fiksi, dan beberapa jurus jitu menulis lainnya. Joni juga menuliskan bagaimana upaya kita untuk mempublikasikan tulisan, serta membangun dan menjalin hubungan dengan pihak penerbit. Buku ini mendiskripsikan bahwa menulis ternyata seenak kita memakan kue donat, renyah dan nikmat.
Buku motivasi menulis yang ditulis penulis kelahiran Sumatera Barat ini menampilkan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Sehingga sangat layak untuk dibaca oleh para penulis pemula maupun orang-orang yang mulai tertarik dengan profesi menulis. Buku ini juga terasa lebih lengkap dengan kita temukannya di bagian akhir buku ini berbagai alamat koran-koran, majalah dan penerbit yang ada di tanah air.***

Diterbitkan di Riau Pos Februari 2010

LOMBA MENULIS CERPEN LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD 2010


















Berhadiah Total Rp 85 Juta + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD. Peserta Siswa SLTP (Kategori A), Siswa SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C)

Syarat-syarat Lomba:

1. Lomba ini terbuka untuk pelajar tingkat SLTP (Kategori A), SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia maupun yang studi/bekerja di luar negeri. Kecuali keluarga besar PT ROHTO Laboratories Indonesia dan Panitia/Dewan Juri LMCR 2010

2. Lomba dibuka 21 April 2010 dan ditutup 15 September 2010 (Stempel Pos)

- Tema Cerita: Dunia remaja dan segala aspek kehidupannya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, harapan, kegagalan, cita-cita, derita dan kekecewaan)

- Judul bebas tetapi harus mengacu tema Butir 3

- Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu judul

- Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia literer (indah, menarik, mengalir) dan komunikatif. Bahasa gaul dan bahasa daerah/asing boleh digunakan untuk segmen dialog para tokohnya - jika itu diperlukan dan sesuai dengan tema

3. Naskah yang dilombakan harus asli (bukan jiplakan) dan belum pernah dipublikasi



Ketentuan Khusus:

1. Naskah ditulis di kertas ukuran kuarto, ditik berjarak 1,5 spasi, font 12, huruf Times New Roman, margin justified 2 Cm, panjang naskah antara 6 - 10 halaman, dikirim ke panitia dalam bentuk printout 3 (tiga) rangkap/copy disertai file dalam bentuk CD.

2. Cantumkan sinopsis maksimal 1 (satu) halaman, mini-biodata pengarang, foto 4R, fotocopy KTP atau SIM/Paspor/Student Card. Setiap judul cerpen yang dilombakan wajib dilampiri kemasan LIP ICE (bagian kartonnya) atau segel SELSUN Shampo jenis apa saja. Naskah cerpen yang dilombakan beserta persyaratannya dimasukkan ke dalam satu amplop (boleh berisi beberapa judul), cantumkan tulisan PESERTA LMCR-2010 dan Kategori-nya di atas amplop kanan atas dan dikirim ke: Panitia LMCR-2010 LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD - Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau, Sentul City Bogor 16810

3. Hasil lomba diumumkan tanggal 15 Oktober 2010 melalui www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id

Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat

Hasil Lomba: Masing-masing kategori: Pemenang I, II, II dan 5 (lima) Pemenang Harapan Utama, 10 (sepuluh) Pemenang Harapan dan Pemenang Karya Favorit untuk Kategori A: 20 Pemenang, Kategori B: 60 Pemenang dan Kategori C: 100 Pemenang.

Hadiah Untuk Pemenang:

Kategori A (Pelajar SLTP)

* Pemenang I - Uang Tunai Rp 4.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
* Pemenang II - Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
* Pemenang III - Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
* 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
* 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam LIP ICE-SELSUN
* 20 (dua puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN
* Seluruh pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Utama LMCR-2010
* Sekolah Pemenang I, II dan II berhak mendapat 1 (satu) unit TV

Kategori B (Pelajar SLTA)

* Pemenang I - Uang Tunai Rp 5.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
* Pemenang II - Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
* Pemenang III - Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
* 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
* 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari PT ROHTO + Piagam LIP ICE-SELSUN
* 60 (enam puluh) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN
* Seluruh pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Utama LMCR-2010
* Sekolah Pemenang I, II dan III berhak mendapat 1 (satu) unit TV

Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)

* Pemenang I - Uang Tunai Rp 7.500.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
* Pemenang II - Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
* Pemenang III - Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
* 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN
* 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Bingkisan dari + Piagam LIP ICE-SELSUN
* 100 (seratus) Pemenang Karya Favorit masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN
* Seluruh pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang Utama LMCR-2010



Naskah cerpen yang dilombakan jadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarangnya. Informasi lebih lanjut e-mail ke rayakultura@gmail.com

Jakarta, 10 April 2010

Ketua Panitia LMCR-2010

Dra. Naning Pranoto, MA

Sumber: Situs Raya Kultura

Monday 21 June 2010

Geliat Penulisan Sastra dari Negeri Shohibul Kitab

Oleh Joni Lis Efendi



Pembicaraan dalam esai ini tidak berniatkan semata untuk membuka nostalgia lama. Kembali ke masa 200 tahun silam, di saat-saat jayanya dinamika kesusastraan di ranah Melayu, terutama di pusat kerajaan Melayu, Pulau Penyengat.

Pulau Penyengat, yang hanya berupa pulau kecil yang kaya bauksit seluas 240 hektare yang terletak di seberang Barat Pulau Bintan, Kepulauan Riau, menyimpan tapak kegemilangan sastra Melayu. Sapardi Djoko Damono menyebutkan nama Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi, Raja Ali Haji, Hamzah Fansyuri yang karya-karyanya menjadi tonggak dasar bagi kesastraan Indonesia modern.

Pada awal abad ke-19, sastra Melayu berkembang pesat di Pulau Penyengat. Ketika itu kegiatan tulis menulis dipandang sebagai pekerjaan mulia. Bukan hanya bangsawan dan sastrawan yang melakukan kegiatan tulis-menulis, siapa saja boleh terlibat. Kerajaan sepenuhnya membiayai untuk perlengkapan seperti kertas dan pena serta mendirikan percetakan untuk menerbitka karya-karya. Perpustakaan didirikan, buku-buku banyak diterbitkan. Orang biasa yang tak berpangkat dan berstatus putra mahkota pun banyak yang menulis. Tersebutlah semua orang yang tinggal di Penyengat terlibat aktif berkarya. Kaum nelayan dan perempuan menulis banyak karangan. Sebuah buku Perkawinan Penduduk Penyengat dikarang oleh seorang nelayan bernama Encik Abdullah diterbitkan pada tahun 1902.

Dukungan penerbitan karya sastra sangat terbantu dengan didirikannya percetakan Mathba’atul Riauwiyah dan Mathba‘atul Al Ahmadi pada tahun 1890-an. Percetakan turut mempercepat banyak hasil karya yang ditulis penulis Melayu sekaligus memperluas penyebaran buku. Sebagai ciri umum dari kegiatan bersastra selalu ditopang dengan keberadaan sebuah komunitas penulis. Hal ini juga dijumpai pada permulaan geliat sastra Melayu dengan hadirnya Rusdiyah Klab, yang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang intelektual dan sastrawan Melayu. Komunitas ini dibentuk sebagai forum bersama untuk mengembangkan sastra Melayu. Fungsi dan perannya sama dengan komunitas penulisan yang ada saat ini. Mereka juga mencetak karya anggotanya. Sehingga semakin semarak dunia tulis-menulis di kerajaan Melayu Riau.

Sejumlah sastrawan Melayu lahir dari klab ini. Salah satunya adalah pengarang Raja Haji Ahmad Engku Tua, putera tertua Raja Haji Fisabillilah. Raja Haji Ahmad Engku Tua menulis banyak syair yang di antaranya adalah Syair Engku Puteri dan Syair Perang Johor serta membuat kerangka awal buku Tuhfat An-Nafis yang penulisannya dilanjutkan oleh puteranya Raja Ali Haji.

Perkembangan dan kemajuan sastra Melayu ketika itu mendorong pemerintah Belanda menjadikan Bahasa Melayu Riau sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah Indonesia sejak tahun 1865. Namun ketika mulai berkecamuknya perang melawan penjajahan Belanda di Penyengat, perkembangan sastra Melayu mulai surut dan mencapai titik terendah ketika tahun 1911 Belanda menguasai pulau itu. Setelah penaklukan itu, banyak sastrawan dan penulis yang meninggalkan Penyengat untuk pindah ke Singapura dan Malaysia. Dalam perkembangan selanjutnya, Singapura menjadi pusat penulisan dan penerbitan karya sastra Melayu.

Beriringan dengan masa Raja Ali Haji, ada dua orang ulama pengarang yang begitu berpengaruh di Riau daratan, yakni Tuan Guru Abdurrahman Siddiq (Mufti Kerajaan Inderagiri Hilir) yang menulis 8 buah kitab dan Haji Abdurrahman Ya’kub (guru madrasah Sungai Gergaji Inderagiri Hilir) yang menulis 3 buah kitab. Semarak kesusatraan Riau daratan lebih didominasi dengan sastra lisan seperti randai, bakaba, cerita rakyat, cerita jenaka, syair, satir, pepatah-petitih dan pantun yang hampir dijumpai di daerah Kampar, Rengat, Kuansing, Siak, Bengkalis sampai ke sungai Rokan. Sosok sastrawan lisan yang cukup terkenal pada masanya seperti Yong Dolah dari Bengkalis dan Ganti di sepanjang Sungai Rokan. Sebagian saja dari sastra lisan tersebut yang dapat ditemukan dalam bentuk tulisan berupa manuskrip dan tambo.

Fase penting dari perkembangan sastra Riau daratan dengan lahirnya karya-karya Soeman Hs pada tahun 1930-1940-an. Soeman Hs mewakili eksistensi kesusastraan Riau pada awal-awal angkatan Balai Pustaka. Karya Soeman Hs bisa dikata sebagai permulaan kebangkitan sastra Riau. Sampai sekarang kita masih bisa menikmati karya satra Soeman Hs; Mencari Pencuri Anak Perawan, Kasih tak Terlerai, Tebusan Darah, Percobaan Setia dan kumpulan cerita jenaka Teman Bergelut yang semua itu dibukukan dengan baik oleh Balai Pustaka, beberapa diantaranya sudah dicetak ulang. Dalam catatan sejarah kesusastraan Riau, hampir dapat dikata hanya sosok Soeman Hs yang mewakili Riau pada permulaan perkembangan sastra Indonesia. Dan, kumpulan cerita jenakanya Teman Bergelut dinyatakan sebagai pioner genre cerita pendek Indonesia.

Selanjutnya kita menjumpai angkatan Tengku Nazir yang telah membukukan cerita rakyat Riau pada tahun 1960-an. Pengarang Riau pada angkatan ini ada Tenas Effendi, Johan Sarifuddin dan Wan Saleh Tamin (pengumpul Tambo Kesukuan). Generasi ini disebut sebagai generasi BPKD (Badan Pembina Kesenian Daerah Riau) sebab karya-karya mereka diterbitkan oleh badan tersebut.

Setelah generasi BPKD, ada generasi seangkatan dengan Ibrahim Sattah dan Sutardji Calzoum Bachri yang mulai terkenal sejak tahun 1970-an. Sastrawan Riau yang segenerasi dengan mereka adalah Hasan Junus, BM Syamsuddin, Idrus Tintin, Edi Ruslan Pe Amanriza, Taufik Efendi Aria dan Syamsul Bachri Judin. Bahkan, sampai awal milenium ketiga ini sebagian dari mereka masih menunjukkan karya dan tetap membawa nama besarnya. Jujur saja, pada angkatan inilah nama Riau begitu masyur dalam peta sastra Indonesia. Prof Dr Sapardi Djoko Damono, guru besar Sastra UI, memuji penyair Sutardji Calzoum Bachri sebagai seorang sastrawan besar Riau yang telah memberikan sumbangan cukup besar terhadap sastra Indonesia mutakhir. Sutardji Calzoum Bachri mengakui ingin mengembalikan kata kepada mantra.

Pada dekade pertama awal milenium ketiga, bermunculan sastrawan dan penulis muda di Bumi Lancang Kuning. Hal ini tidak terlepas dari dukungan media dalam mempublikasikan karya-karya mereka. Kegiatan tulis-menulis akan mati suri ketika tidak ada media untuk menerbitkannya. Beriringan dengan makin semaraknya penulisan di Riau, tumbuh dan muncul beberapa komunitas penulisan. Fenomena ini baik dan membahagiakan. Mereka lahir, tumbuh dan berkembang dengan kemandirian dan idealisme masing-masing. Sebenarnya hal itu baik.

Namun dalam perkembangan lebih lanjut, adanya niatan pemerintah untuk memberikan perhatian bagi para pengiat sastra di Riau akan memberikan percepatan yang baik. Tentu dalam batasan-batasan tidak mengurusi isi dan idealisme para sastrawan dan penulis tersebut. Di negara-negara maju telah makhluknya, bahkan kerajaan Melayu Riau juga telah melakukannya dan berhasil menyemarakan dunia penulisan sastra waktu itu. Apakah itu akan berulang lagi pada zaman kita ini?***


Dimuat di Riau Pos 30 Mai 2010

Demi Kesejahteraan Rakyat

Oleh Joni Lis Efendi

Founder Brain Writing School

KESEJAHTERAAN rakyat menjadi isu penting bagi kebijakan pemerintahan SBY periode kedua. Hal ini makin diperkuat dari hasil rapat kerja nasional presiden, seluruh menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, para gubernur dan ketua DPRD seluruh Indonesia di Istana Tampaksiring, Bali pada 19-21 April lalu.


Sejumlah rekomendasi yang harus dan akan dilaksanakan pemerintah baik di tingkat pusat hingga daerah telah dihasilkan dari rapat kerja nasional tersebut. Di antaranya mengenai program pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan kerja, pengurangan pengangguran, perbaikan infrastruktur dan perbaikan kesehatan masyarakat serta upaya percepatan pencapaian Millennium Development Goals (MDGs).

Komitmen pemerintah yang lebih mengedepankan kesejahteraan rakyat sebagai isu pokok kebijakan patut mendapat dukungan semua pihak. Memang akhir-akhir ini di negara kita lebih dihebohkan dengan sederetan kasus hukum yang berkaitan dengan skandal pajak yang melibatkan sejumlah nama di penegak hukum di tanah air. Namun demikian, isu mengenai kesejahteraan rakyat juga patut menjadi cermatan kita agar tidak tenggelam dengan heboh kasus korupsi mafia hukum dan peradilan.

Mengevaluasi kinerja pemerintahan tahun lalu, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2009 berada pada level 4,5 persen. Walaupun terjadi pelemahan pertumbuhan ekonomi dibandingkan 2008. Hal ini disebabkan keterpurukan ekonomi dunia yang dihantam krisis global. Indonesia merupakan satu dari tiga negara Asia yang membukukan angka pertumbuhan positif selama tahun kemarin di tengah pertmbuhan ekonomi dunia yang minus. Tentu ini cukup menggembirakan walau belum mampu memulihkan keadaan seperti sediakala sebelum badai krisis ekonomi global berhembus.

Pemerintah menatap tahun 2010 penuh dengan penuh optimisme. Pemulihan ekonomi terus bergerak dan patokan angka pertumbuhan yang dicanangkan oleh pemerintah bisa mencapai level 6 persen, paling pesimistik 5,5 persen. Prospek ekonomi Indonesia pada 2010 cukup baik. Dengan perkiraan inflansi rendah, yang tentunya akan diikuti penurunan bunga bank dan pertumbuhan moderat.

Selanjutnya, BI rate masih sebesar 6,5 persen yang bertahan sampai akhir 2009. Pasar modal masih tetap menguat sampai akhir triwulan pertama 2010. Nilai rupiah masih bertahan pada kisaran Rp9.100 per dolar AS. Kinerja positif perekonomian nasional terutama akan dikerek oleh konsumsi masyarakat dan kebangkitan investasi. Walau ada gangguan dari adanya serbuan produk impor dari Cina setelah adanya perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dengan Cina.

Optimisme perbaikan perekonomian telah menumbahkan rasa kepercayaan diri pemerintah. Presiden SBY menargetkan pada 2014 pertumbuhan ekonomi mencapai 7 persen, pengangguran ditekan menjadi 5-6 persen dan kemiskinan 8-10 persen. Pertumbuhan ini akan dicapai dengan skema strategi Triple Track, yakni pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan. Untuk mengurangi kemiskinan bisa dicapai melalui pemberdayaan (empowerment), kewirausahaan (entrepreneurship), dan inovasi teknologi (inovation).

Keberpihakan pemerintah pada kesejaheteraan rakyat seharusnya lebih bersifat aktif. Dalam artian, jaminan ketersediaan lapangan kerja baru, adanya bantuan subsidi yang tepat sasaran, bantuan modal ekonomi mikro dan kecil idealnya harus bersifat memberdayakan ekonomi rakyat bukan malah jadi konsumtif.

Demikian juga dengan adanya kesempatan mendapatkan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang meluas dan terjangkau. Pengurangan subsidi listrik dan BBM secara berangsur oleh pemerintah perlu kajian yang lebih mendalam. Karena setiap kali terjadi pengurangan subsidi listrik apalagi BBM imbasnya sangat kuat bagi masyarakat lapisan bawah.

Prediksi akan membaiknya perekonomian nasional pada 2010 disikapi positif oleh daerah. Termasuk strategi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Riau yakin bahwa pertumbuhan daerah kaya minyak itu mampu melebihi angka 6 persen tahun ini. Hal ini sangat beralasan, bahkan Riau sangat optimis bisa meraih pertumbuhan ekonomi mencapai angka 8 persen, mengulangi angka percapaian yang pernah diraih daerah ini pada tahun 2006 dan 2007.

Kantor Bank Indonesia (KBI) Pekanbaru memprediksikan angka pertumbuhan ekonomi Riau 2010 dengan migas berada di kisaran 4,2-4,9 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Riau tanpa migas berada di kisaran 7,8-8,5 persen.

Sedangkan angka asumsi tekanan inflasi di Riau berada di angka 4,5 persen, plus minus satu persen. Selain inflasi, ada indikator lainnya yang sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yakni realisasi investasi harus lebih baik dan iklim perekonomian semakin kondusif.

Di sisi salin, upah minimum provinsi yang naik dibandingkan tahun lalu dinilai bisa jadi stimulus bagi pertumbuhan ekonomi. Dengan naiknya upah, maka akan mendorong daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat yang meningkat tentu akan meningkatkan konsumsi. Konsumsi masyarakat menjadi faktor yang sangat mempengaruhi bagi pertumbuhan ekonomi di Riau. Dengan kata lain, kesejahteraan rakyat Riau akan lebih meningkat.

Riau yang dikenal selain sebagai penghasil minyak bumi dan gas adalah pengekspor komoditi CPO dan karet yang besar. Perbaikan kondisi ekonomi global sangat membantu meningkatkan jumlah ekspor Riau tahun ini. Harga tandan buah segar (TBS) makin membaik. Sehingga pendapatan petani sawit Riau juga ikut terangkat. Demikian juga dengan karet walau harus berhadapan dengan kondisi alam berupa musim hujan yang lebih panjang dari normal.

Selain itu, Riau juga diuntungkan dengan adanya investasi besar-besaran di daerah ini seperti pendirian pembangkit listrik tenaga uap 2x100 MW di kawasan industri Tenayanraya, Pekanbaru dan sejumlah proyek infrastruktur persiapan PON 2012. Geliat ekonomi Riau terus membaik tahun ini. Harapan besarnya alokasi dana untuk kesejahteraan rakyat idealnya harus lebih meningkat lagi.

Kondisi infrastruktur Riau yang sebagian besar masih bermasalah masih jadi tantangan bagi perkembangan ekonomi daerah ini. Ketersediaan listrik dan jalan yang terbatas secara langsung telah turut mempengaruhi denyut ekonomi masyarakat di daerah terpelosok. Demikian juga dengan ketersediaan air bersih di banyak tempat di Riau masih dikeluhkan masyarakat. Begitu juga dengan infrastruktur yang berupa sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan yang masih belum merata.

Ketersediaan fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang sampai menyentuh seluruh daerah di Riau sangat menentukan bagi kesuksesan program Millennium Development Goals (MDGs), yang telah menjadi agenda nasional bahkan gaungnya terus menggema di dunia.

Sederet kendala dan hambatan tersebut seharusnya menjadi pemicu baik pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan upaya nyata mengatasinya. Ma-syarakat idealnya bukan hanya sebagai objek pembangunan, tapi seharusnya turut menjadi subjek pembangunan.

Amanat konstitusi telah menekankan bahwa pemerintah berkewajiban dalam memperioritaskan kebijakan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Semoga ke depannya isu peningkatan kesejahteraan rakyat tidak tenggelam oleh kehebohan berbagai skandal korupsi dan mafia hukum yang tengah marak-maraknya di tanah air. Kita berkewajiban untuk mengingatkan dan menggiring kebijakan pemerintah agar lebih berpihak pada rakyat.***

Dimuat di Riau Pos 28 April 2010

Optimisme Investasi Riau

Oleh: Joni Lis Efendi

Founder Brain Writing School



Kegamangan menghadapi ASEAN-Cina Free Trade Agreement (ACFTA/Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN dan Cina) kian mencuat setelah mulai diberlakukan awal tahun ini. Banyak pihak yang mengeluhkan ancaman membanjirnya produk Cina yang menyerbu pasar di tanah air. Gejala ini sudah terlihat dan bulan-bulan ke depan serbuan produk Cina tidak akan terbendung lagi. Kekuatiran ini sangat beralasan karena bisa menyebabkan matinya ekonomi masyarakat. Karena produksi dalam negeri kalah bersaing dengan produk Cina tersebut. Sebenarnya, ACFTA justru membawa keuntungan bagi Indonesia dengan pangsa pasar penduduk Cina yang lebih 1 milyar orang. Namun sejauh ini, pemerintah kita dinilai belum tanggap dan kebijakannya kurang mendukung daya saing pengusaha nasional dan sektor usaha kecil menengah sehingga mampu bersaing. Baik dari segi kebijakan keringanan pajak, intensif dan banyaknya biaya retribusi yang harus dibayar usahawan kita. Sehingga menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan harga produksi dalam negeri kurang kompetitif.

Bagaimana menyikapi ACFTA bagi investasi di daerah Riau? Bagi Riau, ACFTA memiliki nilai ekonomis yang sangat strategis. Mengingat dengan adanya perjanjian perdagangan bebas ini, investasi dari negeri tirai bambu itu akan lebih leluasa masuk ke Riau. Seperti yang diketahui, Riau memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar terutama industri CPO. Di mana, perkebunan kelapa sawit Riau yang mencapai 1,7 juta hektar dan terbesar di Indonesia. Kebutuhan CPO Cina sangat besar dan mereka menggantungkan semuanya dari impor. Riau bisa mengambil peluang ini dengan mengekspor CPO ke Cina. Selain itu, masih besarnya potensi perkebunan kelapa sawit Riau yang belum tergarap optimal bisa menjadi “jualan” investasi bagi investor Cina untuk menanamkan modalnya di sektor ini. Apalagi ditambah dengan tekad pemerintah daerah Riau yang ingin membangun klaster industri hilir kelapa sawit di Dumai dan Kuala Enok, Indragiri Hilir, yang pastinya membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Kebutuhan investasi untuk pengembangan klaster industri hilir kelapa sawit tersebut Riau sedikitnya mencapai Rp 55 triliun. Investasi sebesar itu diperuntukkan untuk percepatan pembangunan pembangkit listrik, infrastruktur, dan pelabuhan di Dumai dan Kuala Enok itu. Pemerintah memberikan sistem kerja sama dalam bentuk skema public private partnership (PPP) yang disertai pemberian insentif bunga oleh pemerintah.

Klaster industri di Dumai dan Kuala Enok tersebut akan berdampak silmutan dengan peningkatan daya saing perekonomian daerah. Seperti yang ada saat ini di Kota Dumai yang kini telah memiliki 105 perusahaan, baik melalui penanaman modal asing (PMA) maupun modal dalam negeri (PMDN), yang nilai investasinya telah mencapai Rp14,6 triliun. Sedangkan jumlah tenaga kerja di sana telah mencapai 14.104 tenaga kerja lokal dan 282 tenaga kerja asing. Sementara di kawasan industri Pelintung, Dumai, kini sudah terbangun sembilan proyek industri hilir. Kawasan yang sebagian besar menjadi wilayah operasional PT Wilmar Bioenergi Indonesia itu sudah terbangun industri pengolahan minyak goreng, pupuk, dan biodiesel. Infrastruktur jalan pun sudah terbangun sebagian dari bandara hingga ke lokasi sentra kawasan industri. Sedangkan pengembangan klaster industri di Kuala Enok masih dimulai dari nol sehingga membutuhkan investasi mencapai Rp 30-40 triliun.

Pengembangan ke depannya, pemerintah akan mengkaji pengembangan CPO hingga produk turunan ketiga. Sementara ini, produk nonpangan yang berasal dari olahan fatty alkohol dan fatty acid, yang merupakan turunan produk kedua seperti sabun, lilin, dan kosmetik. Dengan pengembangan industri hilir, nilai tambah produk akan meningkat. Jika CPO bisa diolah menjadi biodiesel, pemasukan perusahaan dapat ditingkatkan hingga US$ 300 per ton. Pengembangan industri hilir mampu meningkatkan 60 persen pendapatannya dan efek berantainya lebih luas dalam menggerakkan ekonomi daerah serta masyarakat.

Selain di industri kelapa sawit, Riau juga memiliki objek investasi yang bernilai strategis lainnya seperti penyediaan infrastruktur seperti jalan tol Pekanbaru-Dumai, rel kreta api Dumai-Inhil, jembatan lintas selat Malaka, serta pembangkit tenaga listrik. Keterlibatan pihak swasta dan asing dalam pembiayaan proyek infrastruktur tersebut sangat mutlak dibutuhkan oleh Riau. Pemodalan bagi investasi yang bernilai strategis tersebut dapat juga diusahakan dengan mengupayakan kerja sama pemerintah daerah Riau dengan pemerintah dan investor Cina. Sebagi gambaran, PT PLN mebutuhkan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berdaya 2x100 megawatt (MW) di Tenayan, Pekanbaru, membutuhkan investasi sekitar Rp2 triliun yang seluruhnya tidak berasal dari perusahaan listrik plat merah tersebut. Apalagi belakangan ini, pihak Cina sangat gencar melakukan kunjungan ke beberapa daerah yang memiliki peluang investasi yang menjanjikan untuk menjajaki kerja sama. Pemrov Riau bisa berinisiatif melakukan kunjungan kerja sekaligus membawa pengusaha lokal ke negeri tirai bambu tersebut untuk menawarkan paket investasi bagi pemodal Cina.

Riau dalam kacamata pusat dinilai daerah yang paling siap untuk penanaman investasi. Dari 33 Provinsi di Indonesia yang dinilai, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menobatkan 7 provinsi berhak mendapatkan Regional Champions 2010 dan salah satunya Provinsi Riau sebagai salah satu provinsi yang dinilai paling siap menerima investasi. Penghargaan Regional Champions ini diserahkan langsung oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri), kepada Gubernur Riau, HM Rusli Zainal SE MP. Dari pengharagaan ini, dapat dilihat bahwa Riau memiliki potensi pengembangan ekonomi yang sangat mendukung investasi ke depannya. Kepercayaan pemerintah pusat ini sebenarnya sudah cukup bagi pemerintah daerah Riau untuk bergerak melakukan promosi untuk menggaet investor sebanyak-banyaknya untuk menanamkan investasi di daerah ini.

Bukan hanya keunggulan sumber daya alam yang besar dan kemudahan birokrasi, Riau juga memiliki tren pertumbuhan ekonomi makro yang positif dan terus meningkat. Dalam hal ini, Kantor Bank Indonesia (KBI) Pekanbaru memprediksikan pertumbuhan ekonomi Riau 2010 dengan migas berada di kisaran 4,2-4,9 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Riau tanpa migas berada di kisaran 7,8-8,5 persen. Prediksi ini lebih baik daripencapaian pertumbuhan ekonomi Riau selama tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi Riau 2009 dengan Migas mencapai angka 3,91 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi 2009 tanpa migas sekitar 7,25 persen. Angka ini hampir dua kali lipatnya pertumbuhan nasional. Faktor ekonomi makro ini menggambarkan sangat jelas bahwa Riau sangat menjanjikan bagi investasi karena memiliki prosfek yang cerah.

Selama ini, yang menjadi kendala bagi investor untuk menanamkan investasinya di Riau lebih dikarenakan masih terbatasnya infrastruktur penunjang seperti jalan, listrik, air bersih dan sarana penunjang lainnya yang dimiliki daerah ini. Sebenarnya Riau bisa mensiasati keterbatasan infrastruktur ini tanpa harus ketergantungan pada pemerintah pusat dengan menguapayakan bantuan lunak dari luar negeri atau investor asing dengan perjanjian yang saling menguntungkan. Peluang itu telah terbuka lebar dengan adanya ACFTA. Cina dalam beberapa tahun belakangan menjadi negara yang investasi luar negerinya yang terbesar dan terus meningkat. Tidak ada salahnya jika Riau menjajaki kerja sama dengan Cina terutama dalam penanaman investasi di daerah ini. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki, Riau selalu menjadi “lirikan” investor dalam negeri dan asing tapi semua itu tergantung bagaimana pemerintahan daerah mampu meyakinkan para investor tersebut. Peluang itu sangat terbuka lebar.***

Dimuat di Riau Pos 15 Maret 2010