Sahabat Penulis

Wednesday 14 September 2011

Okti Li: TKW Yang Produktif Menulis dan Langganan Juara Lomba

Sosok Penulis Masa Depan Indonesia
Edisi kedua 13 September 2011


Untuk edisi kali ini yuk sama-sama kita mengenal lebih jauh sosok penulis bernama lengkap Okti Lilis Linawati atau yang eksis dengan panggilan Okti Li (WR 01). Penulis yang saat ini berdomisili di Taiwan, tepatnya kota Taipei ini ternyata memiliki segudang prestasi, bahkan hingga ia tidak mengingat satu persatu karya yang ia hasilkan. Berikut ini akan kita ikuti langkah-langkahnya dalam meraih kesuksesan dalam dunia tulis menulis.

Okti Li atau yang sering di sapa Teh Okti Li oleh sebagian warga WR ini mengaku menyukai menulis sejak sekolah dasar, saat guru Bahasa Indonesianya memberi tugas mengarang dan ia berhasil menyelesaikannya lebih dari target yang gurunya berikan, tapi tentu saja tulisannya belum maksimal, hingga saat ia masuk sekolah lanjutan, baru ia mulai serius menekuni dunia tulis menulis dan berhasil memperoleh juara dalam setiap perlombaan menulis yang ia ikuti. Dan karya yang pertama kali berhasil di publikasikan dalam media cetak pada tahun 1994 pada harian daerah kabupaten Tasikmalaya. Sempat tidak mengirimkan karya pada tahun 1999 dan mulai kembali mengirimkan karya pada tahun 2003 dan tulisannya masuk dalam media cetak berbahasa Indonesia yang beredar di Hongkong.


Uniknya dari penulis, yang mengaku menjadikan menulis sebagai sarana berbagi ilmu, ini adalah ia banyak menghasilkan tulisan atau menulis dengan handpone (HP). Saat di tanya mengapa ia lebih memilih HP untuk menulisia menjawab bahwa ia menggunakan notes HP sebagai media penampung ide. HP yang ia panggil dengan sebutan “si Dukun” ini dinilai membantu ia menulis dalam berbagai keadaan, di manapun dan kapanpun, asal si Dukun di bawa, Teh Okti Li akan tetap bisa menghasilkan karya. Novel dan karya-karya lain berkisar 700 halaman lebih berhasil ia hasilkan berkat ketekunannya dalam menulis di layar mini HPnya itu.

            Teh Okti Li mengaku ia lebih menyukai jurnalistik atau tulisan non fiksi, namun ia tetap tidak memungkiri ketertarikannya pada dunia fiksi. Ini di buktikan dari sebagian kecil karya yang berhasil dipublikasikan, adapun karya yang berhasil diterbitkan, antara lain:
  • Rumah Air (LeutikaPrio)
  • Long Distance Friendship (LeutikaPrio, 2011)
  • Bilakah Tuhan Jatuh Cinta (LeutikaPrio,2011)
  • Mimpi Kinanti (LeutikaPrio, 2011)
  • Di Balik Celana Dalam (LeutikaPrio)
  • Sehangat Dekapan Cinta Ramadhan (LeutikaPrio, dalam proses terbit)
  • Be Strong Indonesia
  • Dalam Estuari Sastra (Inzpirasion Publisher, 2011)
  • Munajat Sesayat Doa (LeutikaPrio)
  • Bicaralah Perempuan! (LeutikaPrio)
  • Dan banyak karya lainnya…

Selain berhasil mempublikasikan buku, Teh Okti Li juga berhasil menyabet banyak
prestasi yang tidak kalah mencengangkan, yaitu:
  1. Juara II Lomba Menulis Surat Untuk Presiden 2009 kategori Umum. Penyelenggara PPWI
  2. Finalis Cerpen Tenaga Kerja Asing 2009. Penyelenggara Depnaker Taiwan (Republic of China)
  3. Juara II Lomba Cerpen JUARA 2010, Penyelenggara Taman Sastra
  4. Finalis Cerpen Tenaga Kerja Asing 2010. Penyelenggara Depnaker Taiwan (Republic of China)
  5. Juara I Sayembara Menulis Essay Aku dan Buku 2010.
  6. Peraih Penghargaan iB Blog Competition 2010 Oktober 2010 di Kompasiana
  7. Peraih Penghargaan Tulisan Terpopuler 2010 versi Kompasiana.
  8. Dan banyak lagi prestasi lainnya, yang tidak bisa diingat oleh penulis lagi karena sangking banyaknya ^_^.
              Sebagai warga WR yang terbilang paling senior (WR 01), Teh Okti Li memiliki pesan untuk warga WR, “Karena WR adalah wadah kita tempat berinteraksi dalam dunia kepenulisan, pesan untuk Warga WR semuanya tak jauh dari masalah kepenulisan juga. Mari segala hal kita kembalikan kepada niat. Saat menulis mentok karena hilang ide, datang malas, dll, ingat kenapa kita memilih menulis (atau memilih mengikuti sebuah kegiatan kepenulisan). Apa niat kita pada awalnya? Saat orang sudah menghasilkan sekian banyak karya sementara kita belum satu pun, jangan berfikir kita sama sekali tidak produktif. Semua itu memerlukan proses. Hal yang instant tidak akan membekas lama. Tapi perjuangan yang disertai pengorbaban akan membekas dan niscaya. Menulis dengan hasil “mengkopas” tidak akan terasa utunya dibanding dengan tulisan kita yang kita lahirkan dengan proses yang berdarah-darah. Tuhan Mahatahu, mana karya gemilang dan mana karya curang. Semua akan ditakar dan berbalas sesuai kadarnya.”

Semoga kita dapat mengikuti jejak kesuksesan Teh Okti Li kelak. Semangka!

No comments:

Post a Comment

Silahkan Titip Pesan di sini: